Ini ruang ekspresi, wahana berbagi...
Ini gejolak yang terjadi dalam diri,
Ini dia tanda eksistensi diri,
Hehe...
Mari menengok Nurhandayani!!!
Ini buku tulisku, ini diary-ku...

Selasa, 23 November 2010

Tanah

Tanah ini dulu sekali pernah kukenal
Ia ditinggalkan,
hanya sesekali pipit melompat-lompat lincah di hamparannya yang gersang,
mematuki biji-bijian atau sekadar bergurau dengan serangga yang beringsut-ingsut di atas bebatuan

lantas di suatu waktu
berkawan sehelai daun—yang telah datang masanya berkalang tanah,
kudengar keduanya bergurau dalam bisik yang paling samar
daun yang hampir busuk itu berkisah tentang hidup yang cuma sebentar di atas sana

pipit terbang meninggalkannya
daun membusuk jua

ia sendirian
lagi:
diliputi sepi yang berdentam-dentam,
dinaungi dingin yang menusuk tulang

pada jalan yang mulai terasa semakin sepi
ketika kaki melunglai di penghabisan bekal
aku menemukannya kembali: tanahku
masih dengan kekeringannya
—kehampaannya
kesendiriannya
kesepiannya—
menatap rindu padang bulan

nasib mengantarku memijaknya lagi
ini kali tak’kan kubiarkannya sendiri

“Tak perlu alasan mengapa kumemilih ‘tuk tinggal di bumimu:
Tanahku, tempat segalaku—kenangan itu—
bermula.”