Ini ruang ekspresi, wahana berbagi...
Ini gejolak yang terjadi dalam diri,
Ini dia tanda eksistensi diri,
Hehe...
Mari menengok Nurhandayani!!!
Ini buku tulisku, ini diary-ku...

Jumat, 26 November 2010

Kau dan Gadismu

pagi hendak datang saat gadismu sesegukan di kamar
sarung bantal dan selimutnya basah
bekas dipakai menyeka wajahnya yang tak pernah kering dari air mata:
di malam yang telat, di pagi yang terlambat

di gerimis yang begitu tiba-tiba,
gemuruh guntur seakan lebih cepat dari kilat:
menggelegar...
mengejutkan kau dan gadismu yang masih asyik di ayunan
—kau dan gadismu yang masih di buaian

di putaran angin yang membingungkan
kau dan gadismu terhenyak dalam takdir:
engkau terlempar ke samudra, gadismu ke hutan belantara
Tak ubahnya adam dan hawa yang terbuang dari syurga:
tercerai sejauh antara timur dan barat
—terberai dalam arah yang sesat

Gadismu hanya berdiam dengan segelas kopi tergenggam,
mengecap pahit yang dipilihnya,
sesak sendiri meski niat menutup pintu itu terasa kuat
Maka antara khauf dan raja’, lamat-lamat doa terpanjat:
“semoga kau masih di sana... semoga kau selalu di sana... di balik pintu itu...”

2 komentar:

  1. Hal kedua yg sy tahu ttg puisi: Mesti ada fokus (ada tema sj ga cukup). Temanya mesti terfokus, ga boleh ngelantur, ga boleh ada detail yg ga relevan dg fokus tema. Apalagi detail yg ditulis karena tangan keranjingan menuliskannya. Fokus. Fokus. Fokus!

    BalasHapus
  2. Hm, iya, Pak Kahfie. selesai nulis puisi ini, nur ngerasa tulisan ni gak fokus. kok tiba-tiba ada "pintu"...
    makasih, Pak...

    BalasHapus

Kawan-kawan yang ingin memberi kritik dan saran, silakan...
:D